ABU UBAIDAH BIN JARRAH

 

LEBIH DEKAT DENGAN SAHABAT NABI #3

Pino Bahari

30/11/2020 

 

ABU UBAIDAH BIN JARRAH

Orang Kepercayaan Ummat.”

 

            Kita awali kisah sahabat mulia ini dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentangnya, “Setiap ummat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.”
Begitulah Nabi menyematkan gelar untuknya, gelar yang akan dikenang walau ia sudah tak ada, gelar yang di elukan oleh sahabat Nabi yang lainnya.

            Abu Ubaidah dikenal sebagai panglima besar, ia pernah di utus oleh Nabi pada perang Dzatus salasil untuk membantu Amr bin Ash. Saat itu ia ditunjuk menjadi komandan, sedangkan sahabat lain seperti Abu Bakar dan Umar menjadi prajurit. Walaupun ia adalah panglima besar, namun ia adalah pribadi yang tidak sombong, saat ia menjadi prajurit, ia bertempur layaknya panglima yang pemberani, dan saat ia menjadi panglima, ia layaknya prajurit yang rendah hati. Ia juga termasuk dari 10 sahabat yang di jamin masuk surga.

            Nama lengkapnya adalah Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin Jarrah. Berperawakan tinggi dan sedikit kurus, wajahnya berurat dan berjenggot tipis. Kedua gigi depannya ompong saat mencabut mata rantai pelindung kepala yang menancap di pipi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Peristiwa itu terjadi pada perang Uhud. Ia mencium keinginan besar pasukan musuh yang ingin membunuh Nabi, lantas ia tak bisa jauh dari Nabi, disaat ia mulai menjauh dari Nabi karena serangan musuh, ia seperti elang yang matanya tak lengah menjaga Nabi.

            Suatu hari datang utusan Najran dari Yaman yang barus saja menyatakan keislamannya, lantas mereka meminta guru untuk mengajarkan Islam kepada mereka. Rasulullah berkata kepada mereka, “Baiklah, aku akan mengirim bersama kalian orang yang terpercaya, dia benar-benar terpercaya.” Sahabat yang mendengar ucapan Rasulullah berharap menjadi orang yang dimaksud oleh beliau. Bahkan Umar berkata, “Aku sama sekali tidak suka jabatan, namun kali ini aku menginginkannya.”

            Setelah shalat zuhur, Rasululllah mencari-cari Abu Ubaidah, beliau memanggillnya, dan bersabda, “Pergilah bersama mereka, putuskan perkara mereka dengan kebenaran.” Bukan berarti Abu Ubaidah adalah satu-satunya sahabat yang dipercaya oleh Nabi, tapi ia adalah salah satu dari sekian banyak sahabat yang dipercaya dan dirasa cocok menurut perhitungan kepentingan dakwah untuk mengemban tugas ini.

            Sesudah Rasulullah wafat, Abu Ubaidah tetap menjadi orang kepercayaan umat, hingga pada masa Umar ia dipercaya menjadi Gubernur wilayah Syam yang dielu-elukan oleh rakyatnya. Saat Khalifah Umar mengunjunginya, umar tak melihat perabotan rumah tangga dirumahnya, padahal ia adalah seorang Gubernur. Ia merasa bahagia dan bisa istirahat dengan tenang dengan keadaan seperti itu.

            Abu Ubaidah meninggal di Yordania, negri yang sudah bersih dari berhala Persia dan penindasan Romawi. Disanalah jasadnya bersemayam dengan tenang.
Mendengar kabar itu, Khalifah Umar tak kuasa menahan tangis, ia memohonkan rahmat untuk sahabatnya itu. Begitulah kisah kehidupan sahabat Nabi yang mulia. Abu Ubaidah bin Jarrah, semoga kita bisa meneladani sifat-sifat mulia beliau.


 Sumber bacaan : Rijal Hawla Rasul, ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid.

Follow akun instagram InfoKan di sini
Part 1 
klik di sini
Part 2 klik disini



           

 

Komentar