ZUBAIR BIN AWWAM

LEBIH DEKAT DENGAN SAHABAT NABI #2

Pino Bahari

22/11/2020  

 

ZUBAIR BIN AWWAM

Sang pembela Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.”

 

            Setiap membahas nama Zubair, maka nama Thalhah bin Ubaidillah pasti masuk ke dalam bahasan. Kedua sahabat nabi yang mulia ini memang tidak dapat dipisahkan. Sebelum kaum muslimin hijrah, Rasulullah mempersaudarakan sahabatnya di Mekah, saat itu beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Alasan lainnya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keduanya, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”

Keduanya juga masih kerabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Thalhah adalah keturunan buyut Rasulullah dari jalur Murrah bin Ka’ab, sementara Zubair dari jalur Qusai bin Kilab. Ibu Zubair yang bernama Shafiyah juga termasuk bibi Rasullullah.

Thalhah dan Zubair juga memiliki banyak kesamaan dalam kehidupan, mulai dari kekayaan, kedermawanan, keteguhan, dan keberanian. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa awal, termasuk 10 orang yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan termasuk 6 orang yang diamanahi Khalifah Umar untuk memilih Khalifah pengganti. Bahkan kematian keduanya juga sama persis.

            Setelah kita tahu hubungan antara keduanya, sekarang kita akan fokus pada kisah sang pembela Nabi, Zubair bin Awwam. Karena Zubair termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa awal, dan termasuk 7 orang pertama yang masuk Islam, ia tentu termasuk perintis perjuangan di rumah Arqam. Usianya saat itu masih 15 tahun. Sejak kecil Zubair adalah seorang ahli dalam menunggang kuda dan memiliki keberanian layaknya orang dewasa. Bahkan, ahli sejarah mencatat bahwa pedang yang pertama dihunus untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.

            Saat kaum muslimin masih bermarkas di rumah Arqam, tersebar kabar bahwa Rasulullah terbunuh, mendengar hal itu, Zubair langsung menghunus pedang keliling kota Mekah, keberanianya laksana angin kencang yang sedang marah. Hal yang pertama ia lakukan adalah memastikan kebenaran berita itu, ia berkeliling kota Mekah mencari Rasulullah. Seandainya berita itu benar, maka ia akan menggunakan pedangnya untuk memenggal kepala orang-orang kafir Quraisy. Di sebuah tempat dataran tinggi kota Mekah ia bertemu dengan Rasulullah, ternyata tidak terjadi apa-apa dengan beliau, beliau kemudian mendoakan kebaikan untuknya, dan pedangnya agar selalu diberi kemenangan.

            Meskipun Zubair merupakan seeorang bangsawan, ia tidak lepas dari penyiksaan oleh kafir Quraisy. Ia disiksa oleh pamannya sendiri, Zubair pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi sehingga kesulitan bernafas. Tatkala pamannya berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksaan ini.” Meskipun saat itu usianya masih belia, Zubair dengan lantanag menjawab, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selamanya.”

            Di medan perang Zubair adalah seorang yang sangat berani dan selalu rindu untuk syahid dimedang jihad. Tidak heran bila tubuhnya dipenuhi bekas luka sayatan pedang dan tusukan anak panah dan tombak. Pada perang Yarmuk, Zubair memimpin sebuah pasukan. Saat pasukannya gentar dengan begitu banyaknya jumlah pasukan Romawi, ia lantas berteriak, “Allau Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian.

            Rasulullah sangat sayang kepada Zubair, beliau pernah berkata, “Setiap nabi mempunyai pembela, dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Rasulullah berkata demikian bukanlah karena ia adalah sepupu beliau, bukan juga karena ia adalah suami dari Asma binti Abu Bakar, melainkan karena pengorbanannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kedermawanannya yang tiada terkira, dan kontribusinya yang sangat besar untuk Agama Islam.

            Perjalanan hidup Zubair berakhir ketika perang Jamal, saat ia mengetahui duduk permasalahannya, ia lantas keluar dari pasukan yang menyerang Khalifah Ali bin Abi Thalib. Namu, saat itu ia dibuntututi oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berlanjut. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, merka lantas menikam Zubair. Pembunuhnya kemudian menemui Khalifah Ali, berharap hal itu akan menyenangkan beliau. Tapi, Khalifah Ali malah berkata, “Katakan kepada pembunuh Zubair putra Shafiah, bahwa pembunuh Zubair tempatnya di neraka.”

            Saat pedang Zubair diserahkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu menangis sembari berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”

Beliau juga berkata saat melepas kepergian Zubair, “Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian. Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah.

Sumber bacaan : Rijal Hawla Rasul, ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid.

Bagian #1 klik di sini

Follow akun instagram InfoKan di sini


Komentar