ABDURRAHMAN BIN ‘AUF

LEBIH DEKAT DENGAN SAHABAT NABI #4
Pino Bahari
07/12/2020 


ABDURRAHMAN BIN ‘AUF
Sudagar Kaya yang Dermawan.”

            Seluruh penduduk Madinah dihebohkan dengan munculnya debu yang menyerupai badai digurun pasir, gumpalan debu itu mulai mendekati gerbang kota Madinah dan penduduk terperangah ketika mengetahui bahwa itu adalah segerombolan kafilah dagang dari Syam milik Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu 'anhu, terdiri dari 700 ekor unta yang penuh muatan. Semua yang ia bawa itu bukan untuk disombongkan atau dipamerkan kepada penduduk Madinah, melaikan ia akan membagikan seluruh muatan dari 700 ekor unta itu kepada seluruh penduduk Madniah. Sungguh suatu pengorbanan besar di jalan Allah yang hanya bisa dilakukan oleh seorang yang bernyali besar dan diberikan taufiq oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

            Begitulah kedermawanan seorang sahabat Nabi, ia masuk dalam daftar orang pertama yang luluh hatinya oleh cahaya Islam, Abu Bakar lah yang pertama kali menyampaikan Islam kepanya. Ia juga termasuk 10 orang yang diberikan kabar gembira oleh Nabi berupa jaminan masuk surga. Alangkah luar biasa, orang yang sudah dijamin masuk surga masih beramal layaknya orang yang menemukan mata air di tengah padang pasir. Khalifah Umar juga melibatkan ia bersama 5 sahabat lain dalam pemilihan Khalifah sesudahnya.

            Abdurrahman bin ‘Auf adalah seorang pebisnis yang ulung, ia mendapatkan harta yang berlimpah dari hasil daganganya. Namun, semua itu tidak lantas membuatnya silau akan kekuasaan dan kekayaan, ia justru sibuk membagikan hartanya kepada kerabat dan seluruh kaum muslimin. Walaupum ia termasuk orang besar di kalangan Quraisy, ia tidak lepas dari siksaan dan penganiayaan dari kafir Quraisy. Ia lantas ikut dalam rombongan hijrah ke Habasyah, ia juga ikut hijrah ke Madinah dan ikut sera dalam perang Badar, Uduh, dan peperangan lainya.

            Saat pertama kali sampai di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan ia dengan Sa’d bin Rabi’. Anas bin Malik mengisahkan persaudaraan mereka, “Sa’d berkata kepada Abdurrahman bin ‘Auf, ‘Saudaraku, aku orang terkaya di Madinah, ambillah separuh hartaku yang kau suka. Aku juga memiliki dua istri, Pilih yang kau suka dan nikahilah.’
Ia memnjawab, ‘Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu, juga kepada keluarga dan hartamu. Tunjukan saja arah pasar.’

            Setelah itu ia pergi ke pasar dan melakukan jual beli dan mendapatkan keuntungan yang besar. Ia sukses di bidang bisnis dan tidak melupakan kewajibanya sebagai seorang Muslim, ia selalu memperhatikan kehalalan bisnisnya yang membuat haranya menjadi berkah. Harta yang ia peroleh bukanlah untuk kesenangan pribadi, melainkan ia dermakan dijakan Allah.

            Suatu ketika ia pernah menjual tanahnya senilai 40 ribu dinar dan ia bagikan kepada keluarganya dan Ummul Mu’minin serta fakir miskin. Ia juga pernah memberikan 500 kuda dan 1500 kendaraan penuh muatan untuk pasukan islam. Sebelum wafat, ia mewasiatkan 50 ribu dinar untuk kepentingan jihad di jalan Allah dan 400 dinar untuk veteran perang Badar yang masih hidup.

Pada tahun 32 Hijriah ia meninggal dunia, ibunda Aisyah memberikan kemuliaan khusus, menjelang wafatnya, ia ditawari untuk di makamkan di area pemakaman Rasulullah. Namun, ia menolak tawaran itu karena merasa tidak pantas bersanding dengan orang-orang mulia. Ketika ajal semakin dekat ia bergumam, “Aku takut tidak bisa berkumpul dengan sahabatku karena hartaku.”

            Jika kesuksesan bisnis dihitung dari banyaknya harta yang diperoleh, maka kesuksesan Abdurrahman bin ‘Auf dihitung dari banyaknya harta yang ia dermakan untuk kepentingan Islam.

Sumber bacaan : Rijal Hawla Rasul, ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid.

Follow instagram kami @infokan_

 

Komentar