Setelah rencana hijrah tersebut disepakati, Rasulullah shallahu 'alai wa sallam kembali ke rumahnya setelah datangnya malam.
Siang itu para penjahat Quraisy telah mempersiapkan diri guna melaksanakan
kesepakatan mereka di Darun Nadwah, dipilihlah 11 orang utusan dari
kabilah-kabilah yang telah bersekongkol termasuk didalamnya ada Abu Jahal dan
Abu Lahab yang merupakan paman Nabi shallahu 'alai wa sallam, berkumpulah
mereka didepan pintu rumah Rasullah dengan penuh percaya diri, mereka menunggu
kapan beliau bangun sehingga dapat menyergapnya. Merupakan kebiasaan Nabi adalah tidur
di awal malam dan kemudian bangun setelah pertengahan malam atau dua pertiganya
lalu menuju Masjidil Haran Untuk shalat.
Pada malam itu, Nabi shallahu 'alai wa sallam telah memerintahkan kepada Ali bin Abi
Thalib radhiallahu 'anhu yang merupakan sahabat sekaligus saudara sepupunya, untuk tidur ditempat beliau biasa
tidur dan berselimut dengan burdah hijau yang biasa beliau gunakan. Sementara
itu, Rasulullah telah berhasil keluar rumah menembus barisan utusan Quraisy
dengan manburkan diatas kepala mereka segenggam tanah yang beliau pungut, Lalu
Allah mencabut pandangan mereka sehingga tidak dapat melihat Nabi, sedangkan
beliau membaca potongan ayat dari surah Yasin ayat 9. "Dan kami
adakan dihadapan mereka dinding dan dibelakang mereka dinding (pula), dan kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
Setelah
semua orang beliau taburi tanah di kepalanya, Nabi shallahu 'alai wa sallam bergegas menuju kediaman
Abu Bakar radhiallahu 'anhu, lalu keduanya keluar melalui pintu kecil di
belakang rumah menuju Gua Tsur yang terletak di jalan menuju ke arah yaman. Di
sisi lain, orang-orang yang mengepung rumah nabi masih menunggu hinga pukul
00.00 dengan penuh kesia-sian. Saat itulah datang seorang lalki-laki
memberitahukan bahwa nabi shallahu 'alai wa sallam telah pergi meninggalkan
rumah saat mereka tertidur, mereka yang tidak percaya dan penasaran lantas
mengintip dari celah pintu, lalu mereka melihat ada orang yang masih tidur memakai
burdah, mereka mengira bahwa itu adalah Nabi shallahu 'alai wa sallam.
Mereka masih tetap
menunggu hingga pagi menjelang, lalu kemudian Ali bangun dari tidurnya dan
langsung disergap oleh mereka, dan mereka menanyai perihal Rasulullah shallahu
'alai wa sallam. Dia menjawab, “Aku tidak mengetahui perihal tentangnya.”
Sebagai informasi tambahan, Rasulullah meninggalkan rumah beliau pada malam
tanggal 27 shafar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan tanggal 12/13 september
tahun 622 M.
Yang juga tidak kalah menarik,
bahwa Nabi memilih jalan yang berlawanan arah, yaitu selatan Makkah menuju ke
arah Yaman, yang seharusnya jika Nabi ingin menuju madinah, beliau harus
melewati jalan utama menuju arah utara Makkah. Pada akhirnya nabi memilih jalan
menuju Yaman untuk mengecoh orang kafir Quraisy yang pastinya mengejar beliau.
Nabi shallahu 'alai wa sallam dan Abu Bakar radhiallahu 'anhu menempuh jalan
ini sejauh 5 mil, hingga akhirnya sampai di sebuah bukit yang dikenal dengan
bukit Tsur. Kami menyaksikan sendiri bahwa bukit ini adalah bukit yang tinggi
dan juga terjal, kesan pertama ketika melihatnya, kami berfikir bagaimana
caranya Nabi dan Abu bakar menaiki bukit yang terjal ini, maka tidak heran jika
disebutkan bahwa kaki Nabi sampai lecet karena tanpa alas. Nabi yang ketika itu
berjalan dengan bertumpu pada ujung-ujung kakinya agar tidak tampak jejak
kakinya akhirnya harus digendong oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit hingga
sampai di sebuah gua di puncak bukit, yang dicatat oleh sejarah dengan nam Gua
Tsur.
Terima kasih sudah membaca, sampai ketemu di Pergi Untuk Kembali #3
Baarakallahu fiikum ustad...
BalasHapusو فيك بركة
Hapus